Baca Remaja Sula baru bicara

Selasa, 23 Maret 2010

SMA Negeri 3 Jakarta

Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Jakarta adalah Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di bilangan Setiabudi, Jakarta Selatan.

Sejarah

Pada tahun 1950 sekolah VHC merupakan 2 sekolah. Yang pagi dibawah pimpinan Hr. Bruyn berdomisili di Jl. Diponegoro yang dan diberi nama SMA Istimewa. pada tahun 1951, kepemimpinan SMA Istimewa diserahkan kepada Bp. Ibnu Tadjie dan diberi nama SMA Negeri V ABC. karena Bp. Ibnu Tadjie merangkap sebagai anggota DPRS, maka pimpinan sekolah diserahkan kepada Bapak Benyamin Prawirohatmojo, yang lebih dikenal dengan panggilan Pak Ben. Beberapa waktu kemudian SMA V ABC dipecah lagi menjadi 2, yang salah satunya adalah SMA II B yang berdomisili di Jl. Batu dan dipimpin oleh Bapak Arjo.

Pada tahun 1954 SMA II B pindah kegedung baru jl. Setiabudi II, yang sebetulnya selesai dibangun pada tahun 1953. Atas prakarsa Inspeksi pusat dan KorpsnGuru SMA II B , sekolah ini kemudian dijadikan model, yang kemudian menjadi contoh bagi SMA-SMA di seluruh Indonesia. karenanya dalam segala hal, sekolah ini mendapat fasilitas dari insfeksi pusat, sehingga dapat mengadakan percobaan dan pratikum sendiri. Sekolah ini akhirnya diberi nama baru yaitu SMA Teladan Bagian B. Teladan bagian C terdapat disurabaya. Pada perkembangannya selanjutnya sekolah ini dikenal dengan nama SMAN 3 Teladan.

Selanjutnya secara berturut-turut sekolah ini dipimpin oleh Bp. Soegijanto, Bp. Tan Kiong Oey, Bp. Jasin Arifin, Bp. J. Alfons, Bp. Joko Soedibjo, Bp. Tommy N.S, Ibu Pratiwi, Bp. Djoko Waliadi, Bp. Rosman Harahap, Bp. N.T. Padidi, Bp. Joelius Joesoep, Bp. Soetopo, Bp. Asrul Chatib, Bp. Tatang Sutarsa, Bp. Sidik Yasin, Bp. Suyitno sampai dengan {ebruari 2007.

Bp. Drs. Suyitno, M.pd. Selanjutnya digantikan oleh Ibu Hj. Wieke Salehani M.Pd. Ibu Wieke Sebelumnya adalah kepala SMAN 71 Jakarta Timur. Sejak kehadirannya Di SMAN 3 Jakarta, ibu Wieke langsung mengadakan pemebenahan dalam berbagi bidang demi kemajuan SMAN 3 ke depan. Itu pula yang telah dilakukan oleh para pendahulunya. SMAN 3 Jakarta masih akan melanjutkan sejarahnya yang panjang. Mudah-mudahan sekolah ini akan terus mengalami kemajuan yang sangat berarti, demi pencapain prestasi dan prestise yang membanggakan.

Ekstrakurikuler

  • Palang Merah Remaja/PMR/UKS
  • Paskibra
  • Pencinta Alam (Sabhawana)
  • Biro Pendidikan/Karya Ilmiah Remaja
  • English Club
  • Deutsch Club
  • Computer Club
  • Science Club
  • Taekwondo
  • Bujutsu
  • Bola Basket
  • Softball/Baseball
  • Sepak Bola/Futsal
  • Bridge
  • Tinju
  • Pencak Silat
  • Capoeira
  • Paduan Suara
  • Teater
  • Seni Rupa
  • Band
  • Modern Dance (Pesona Cipta Teladan)
  • Salsa
  • Marching Band (Gita Teladan)
  • Kerohanian Islam (Rohis)
  • Kerohanian Kristen (Rohkris)
  • D.L.L

Orang terkenal

Fasilitas

  • Laboratorium Komputer
  • Laboratorium Biologi
  • Laboratorium Fisika
  • Laboratorium Kimia
  • Laboratorium MIPA
  • Laboratorium Sosial
  • Laboratorium Bahasa
  • Perpustakaan Teladan '82
  • Mesjid Uswah Affaf SMA 3
  • Kantin Sehat
  • Kantin Kejujuran
  • Koperasi Sekolah
  • Ruang Audio Visual
  • Ruang UKS
  • Ruang B.K
  • Ruang seni rupa
  • Lapangan Olah Raga (6 Jenis)
  • Hot spot area
  • Gazebo
  • Ruang SAS
  • Loker siswa
  • Bis sekolah
  • Kamera CCTV, pendingin ruangan, dan proyektor
  • Tempat parkir kendaraan
  • Ruang fotocopy
  • dan lain-lain.
SMA Negeri 3 Jakarta
Informasi
Kepala Sekolah Wieke Salehani M.Pd.
Jumlah kelas 9 kelas setiap tingkat
Program jurusan IPA dan IPS
Rentang kelas X, XI IPA, XI IPS, XII IPA, XII IPS
Kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jumlah siswa 1080 siswa (40 siswa per kelas)
Nilai masuk terendah 8.238 (2009)
Nilai masuk tertinggi 9.475 (2009)
Nilai masuk rata-rata 8.54 (2009)
Alamat
Lokasi Jalan Setiabudi II, Setiabudi, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia
Telp./Fax (021) 5254663/5262407

SMA Negeri 3 Semarang

SMA Negeri 3 Semarang adalah sebuah SMA Negeri yang terletak di Jalan Pemuda Nomor 149, Kota Semarang. Dahulu jalan ini dikenal sebagai Jalan Bodjong sehingga SMA 3 Semarang juga dikenal sebagai SMA Bodjong. Sekolah ini berdiri pada tanggal 1 November 1877. Salah satu alumni sekolah ini adalah Sri Mulyani.

Kepala Sekolah

Sejak tahun 1950 sampai sekarang , SMA 3 sudah banyak mengalami pergantian kepala sekolah.

Nama-nama kepala sekolah tersebut antara lain :

  • Kepala SMA A/C
  1. Bapak Mr. FL. Wijono
  • Kepala SMA A
  1. Bapak Mr. FL. Wiyono
  2. Bapak Sardjono
  3. Bapak Maryono
  • Kepala SMA C
  1. Bapak BM. Ichwan
  • Kepala SMA III
  1. Bapak BM. Ichwan
  2. Bapak Moch Joesoef Soediradarsono
  3. Bapak Drs. Arief Moechjidin
  • Kepala SMA IV
  1. Bapak Marjono
  2. Bapak Drs. Soekono
  • Kepala SMA III -IV
  1. Bapak Drs. S. Soewarto Muthalib (1971-1978)
  • Kepala SMA III
  1. Bapak Drs. S. Soewarto Muthalib (1978-1980)
  2. Bapak Soetiman (1980-1989)
  3. Bapak Soerjono Djati, BA (1989-1991)
  4. Bapak M. Sukoco (1991-1995)
  5. Bapak Drs. Rachmat Mardjuki (1995-2000)
  6. Bapak Drs.H.Sardju Maheri, M.Pd (2000- 2005)
  7. Bapak Drs. Soedjono,M.Si (2005- 2009)
  8. Bapak Drs. Hari Waluyo (2009- sekarang)
SMA Negeri 3 Semarang Tampak Depan

Sejarah Singkat

  • 1 November 1877 - H.B.S. (Hogere Burger School)
  • Tahun 1930 - Untuk HBS dan AMS (Algemene Meddelbare School)
  • Tahun 1937 - H.B.S., pindah ke Gedung Baru di Jl. Oei Tiong Ham (sekarang Jl. Menteri Supeno / SMAN 1 Semarang). Gedung ini seluruhnya untuk AMS dan MULO.
  • Tahun 1942 - Zaman Pendudukan Jepang - Digunakan untuk SMT (Sekolah Menengah Tinggi)
  • Tahun 1950 - Zaman Republik, oleh Pemerintah Indonesia, Gedung ini digunakan untuk SMA A/C Semarang.
  • Tahun 1952 - SMA Negeri A/C dipecah menjadi 2 sekolah yang tetap menempati gedung ini sebagai SMA Negeri A Semarang dan SMA Negeri C Semarang
  • Tahun 1962 - SMA Negeri C berubah menjadi SMA 3 Semarang. SMA Negeri A berubah menjadi SMA 4 Semarang dengan tiga jurusan: Ilmu Pasti dan Pengetahuan Alam (Pas-Pal), Sastra Sosial, dan Sastra Budaya.
  • Tahun 1971 - SMAN 3 dan SMAN 4 digabung menjadi satu: SMA III-IV.
  • Tahun 1978 - SMA III-IV dipindah lagi, SMA IV menempati Gedung baru di daerah Banyumanik. SMA III tetap menempati Gedung ini sebagai SMA 3 Semarang


Kurikulum

SMA 3 Semarang merupakan salah satu SMA yang dijadikan percontohan dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan kini menjadi salah satu Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI). Mulai Tahun 2007 SMA Negeri 3 Semarang telah resmi menjadi Sekolah Berstandar Nasional (SBI)

Fasilitas

Laboratorium Komputer

SMA Negeri 3 Semarang terdapat berbagai fasilitas diantaranya:

  • Ruang kelas yang mencerminkan mata pelajaran. Di setiap ruang kelas terdapat satu set komputer dengan koneksi internet, LCD Proyektor, dan AC
  • Laboratorium Kimia
  • Laboratiorium Fisika
  • Laboratorium Biologi
  • Laboratorium Komputer yang telah mendukung Intel Core 2 Duo dan layar LCD monitor 15 inchi
  • Laboratorium Bahasa
  • Ruang Kesenian
  • Masjid
  • Kantin
  • Ruang Media
  • Ruang Bimbingan Konseling
  • Hotspot di beberapa titik
  • Cctv yang dipasang di beberapa kelas yang memungkinkan orang tua dapat memantau KBM melalui internet
  • Perpustakaan yang dilengkapi dengan komputer dan fasilitas perpustakaan online
  • Aula
  • Lapangan olahraga
  • UKS yang dilengkapi dengan dokter yang sudah siaga
  • WC yang memadai

Kultur Sekolah

Mulai awal tahun ajaran baru 2009/2010 pada tanggal 13 Juli 2009, SMA 3 Semarang memberlakukan sistem moving class [2] dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Sistem ini diberlakukan menurut surat dari Dirjen Pendidikan SMA dan Sederajat yang menjelaskan bahwa sekolah yang sudah lulus predikat akreditasi yang baik dan menyandang status SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) dalam KBM, maka harus melakukan sistem moving class. Kepala SMA 3 Semarang (saat itu), Bapak Drs. Soedjono, M.Si saat upacara bendera hari Senin tanggal 13 Juli mengatakan jika moving class itu diberlakukan agar para siswa harus aktif mencari guru pengampu mata pelajaran. Jadi, para siswa sudah tidak mempunyai “basecamp” sehingga bapak atau ibu gurulah yang kini “pemilik” kelas.

Pak Jono juga menambahkan, setiap satu jam pelajaran, diberi waku yang lamanya 45 menit. Jika sudah selesai, nanti akan dikumandangkan “lagu pengiring” dari speaker TOA, yang berwujud lagu-lagu perjuangan, seperti Garuda Pancasila, Satu Nusa Satu Bangsa, Bagimu Negeri, dan sebagainya. Yang lebih menggemberakan, tidak ketinggalan "MARS SMA 3 SEMARANG" juga diputar saat pergantian jam pelajaran. Sejak diberlakukannya sistem moving class, seluruh ruang kelas yang ada di SMA 3 Semarang digunakan dengan maksimal dalam KBM. Sekolah juga menyediakan ruang kelas khusus yang disebut multi classes untuk berjaga-jaga jika ada kelas yang jam pelajarannya bertubrukan dengan kelas lainnya.

Selain sistem moving class, mulai tahun ajaran 2009/2010 juga diberlakukan sistem 5 hari pembelajaran. Pada hari Senin hingga Jum'at itulah kegiatan KBM dioptimalkan sehingga para siswa dapat berkonsentrasi penuh dalam KBM dan pada hari Sabtunya khusus digunakan untuk kegiatan pengembangan diri (ekstrakurikuler) yang digunakan siswa dalam mengapresiasikan dan mengembangkan bakat non-akademiknya .

Ekstrakurikuler

FDI (Forum Diskusi Ilmiah)

FDI (Forum Diskusi Ilmiah) merupakan organisasi yang melatih ketrampilan berbicara secara santun, kritis, dan cerdas. FDI didirikan pada tanggal 1 Februari 1990, awalnya sebagai kegiatan non-ekstrakurikuler. namun, seiring perkembangan waktu dan minat siswa pada organisasi ini, kemudian dijadikan kegiatan ekstrakurikuler pada tahun 1995. kegiatan FDI konteksnya sangat luas, mulai dari berlatih untuk mengasah kemampuan verbal meliputi diskusi, adu argumen, opini lisan, diskusi panel, debat parlemen, dan sebagainya mengenai isu-isu penting yang sedang berkembang saat ini, dan tidak hanya terbatas pada satu hal. selain berlatih untuk berbicara, kegiatan untuk menyambung silaturahmi antar anggotanya juga ada, seperti

Pecinta Alam

GAPUTA (Ganecha Putra Tama)adalah organisasi pencinta alam di SMA 3 Semarang,juga organisasi pencinta alam SMA yang paling tua di Semarang. Sejarah Awalnya merupakan kumpul-kumpul anak-anak SMA 3 Semarang yang suka naik gunung,yang kemudian membentuk KMPA (kelompok Muda Pencinta Alam) berdiri pada tanggal 19 Agustus 1982. Kegiatan KMPA saat itu berupa latihan fisik menjelang kegiatan pendakian, dilaksanakan sore hari.Setiap anggota memiliki nama sandi dan nomer urut dengan didahului SS (diambil dari Sindoro-Sumbing) karena dulu dilakukan tradisi pendakian Sindoro-Sumbing sebagai bagian dari pelantikan anggota.

Dengan bertambahnya anggota, timbul keinginan untuk menjadi organisasi pencinta alam resmi di SMA 3.Kendala yang dihadapi saat itu adalah sulitnya masuk menjadi organisasi di SMA negeri 3 semarang, oleh karena Kepala Sekolah saat itu Bpk. Soetiman beranggapan pecinta alam adalah kegiatan hura-hura. Untuk mengubah anggapan tersebut KMPA selanjutnya menyusun AD dan ART, dan mengusulkan BOPALA (Bojong Pencinta Alam)sebagai nama organisasi. Setelah melalui revisi beberapa kali (sekitar 1 tahun) akhirnya Bpk.Soetiman memberi lampu hijau dengan syarat ditambahkan kegiatan SAR agar lebih dari pencinta alam biasanya.

Pada 1 April 1984 dalam suatu upacara kecil Bpk. Soetiman meresmikan organisasi ini menjadi kegiatan ekstrakulikuler dengan nama Ganecha Putra Tama pencinta alam SAR (Gaputa SAR). Sebagian besar anggota KMPA saat itu telah lulus.

Keanggotaan Gaputa berlaku seumur hidup sehingga dalam setiap kegiatan mereka masih dapat dijumpai alumni dari berbagai usia yang datang bergabung. Setiap tahunnya diadakan tradisi rutin berupa malam keakraban yang mengundang alumni dari semua angkatan untuk berkumpul bersama melepas kerinduan. Persaudaraan adalah salah satu kelebihan yang menonjol dari organisasi ini dibandingkan organisasi lainnya.

PKS

Salah satu ekstrakurikuler di sekolah ini ialah PKS SMA 3 atau nama ganeshanya adalah Ganesha Bhakti Satya Semarang, sebuah organisasi kesiswaan. Mempunyai semboyan "Aron Simegah Nan Tapati Di Dada Satrya Pinandhita Dari Bumi Ganesha". Makna dari semboyan tersebut adalah "persatuan yang kuat yang terpatri di dada ksatria dari bumi ganesha". Nama lain PKS SMA 3 Semarang dalam bahasa Sansekerta adalah Ganesha Bhakti Satrya. PKS SMA 3 Semarang mempunyai berbagai kegiatan tetap ataupun kegiatan insidentil: latihan rutin Selasa dan Sabtu sore, Demo 1 November yang juga diikuti oleh Paskibar, Pramuka dan PMR, dan pelantikan di bantir. PKS merupakan sebuah organisasi yang bertugas di bidang keamanan sekolah. Beberapa tugas PKS yaitu : Tugas Jalan setiap pulang sekolah, Patroli Keliling Sekolah setiap upacara, dan sebagainya.

PMR SMA 3 Semarang

Adalah salah satu organisasi terbesar di SMA3 yang bergerak diBidang kemanusiaan.organisasi ini tidak hanya mengutamakan materi tentang kemanusiaan akan tetapi juga tentang keorganisasian , pendidikan remaja,dan lain- lain. kegiatan yang berdiri sejak 1 maret 1987 ini mengelar latihan setiap hari senin dan kamis. PMR SMA 3 Semarang, sekarang memasuki angkatan ke 21, slogannya adalah "Ganesha Pramoedha Branita Sandhini" dan "Korsa"

Pramuka

Korps Soeringgit adalah nama ambalan yang berpangkalan di SMA Negeri 3 Semarang. Nama Soeringgit ini diambil dari nama pencetus gerakan pramuka pertama pada SMA 3 Semarang ini, sedangkan 149 diambilkan dari nomor jalan lokasi sekolah ini berada, yaitu jl. Pemuda no. 149 Semarang.KS 149 berulang tahun setiap tanggal 14 April.

sebagai hasilnya, kita pertama kali ikut perlombaan pramuka, berhasil menyabet Juara 1 Linal yang diadakan di UNTAG semarang, kemudian disusul dengan berbai lomba-lomba yang lain.

KS 149 mempunyai beberapa adat yang unik. Antara lain makanan adat sampai yang lain. Beberapa keunikan tersebut telah mendarah daging di Korps ini. Memang, Korps ini telah mengalami masa pasang surut dari tahun ke tahun, mulai dari sebelum KS 149 ini berdiri sampai saat ini. Semua itu adalah dinamika berfikir Siswa SMA yang memang dituntut untuk berfikir maju ke depan. Itulah salah satu ciri dari Pramuka di SMA 3 Semarang dibanding dengan Pramuka lain yang ada di Semarang, Jawa Tengah pada khususnya dan Bumi Pertiwi ini pada umumnya. Semua itu tidak lepas dari jasa bapak Soeringgit yang mendirikan Ambalan ini dari awal.

PASKIBAR

PASKIBAR adalah sebutan untuk Pasukan Pengibar Bendera SMA 3 Semarang.

Pasukan Pengibar Bendera SMA Negeri 3 Semarang, lahir pada 24 Januari 1974, Sekretariat PASKIBAR bertempat di Jl. Pemuda No 149 Semarang - Jawa Tengah,INDONESIA. Keanggotaan PASKIBAR adalah 30 Personel (15 putra - 15 putri). Di SMA 3 Semarang tugas utama dari PASKIBAR adalah sebagai Pasukan pelaksana tugas upacara bendera, dengan spesifikasi yang lebih jelas, yaitu sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikulaer organisasi ini membuka kesempatan bagi siswa SMU Negeri 3 Semarang untuk dilatih dan dididik guna memenuhi kriteria bagi seorang anggota PASKIBAR dalam menjalankan tugas utamanya.

Sebelumnya keberadaan PASKIBAR adalah menjadi satu dengan PKS, sehingga pada saat itu, anggota PASKIBAR selain menjalankan tugas-tugas seorang PASKIBAR juga merangkap menjadi anggota PKS. Kemudian seiring berjalannya waktu keduanya dipisahkan.Pada awal keberadaannya, PASKIBAR belum menggunakan mekanisme seleksi.

Seluruh anggota PASKIBAR semula adalah siswa-siswi yang dengan sukarela mengabdikan dirinya menjadi PASKIBAR. Kemudian menurut arsip yang ada, pada tahun 1990 mulai dilakukan seleksi terhadap para pracalon (siswa kelas 1) PASKIBAR periode 1990/1991. Seleksi ini memilih anggota sebanyak 30 orang, dengan proporsi berimbang untuk anggota putra dan putri. Pada beberapa periode tertentu, seperti pada seleksi PASKIBAR periode 1995/1996 serta periode 1997/1998, karena kerasnya dan ketatnya proses latihan dan seleksi, hanya 24 orang pracalon PASKIBAR yang memenuhi syarat menjadi anggota PASKIBAR. Dalam perjalanan sejarahnya hingga saat ini, PASKIBAR lebih mementingkan kualitas anggotanya (yang meliputi kekompakan, inisiatif, kepemimpinan, kemampuan organisasi dan ketahanan fisik dan mental) daripada kuantitas.

Dalam tradisinya, setiap angkatan dalam PASKIBAR memiliki nama angkatan masing-masing, yang diambil dari Bahasa Sanskerta atau Jawa Kuno atau Kawi. Nama setiap angkatan yang baru diberikan oleh seniornya pada saat angkatan baru telah melampaui tahap seleksi. Nama ini merupakan harapan atau cita-cita dari kakak seniornya yang membentuk angkatan baru tersebut. Kata "Ganesha" yang berarti siswa-siswi SMA Negeri 3 Semarang, selalu mengawali nama setiap angkatan. Berikut ini adalah nama-nama angkatan yang tercatat sejak PASKIBAR periode 1995/1996 hingga periode 2009/2010.

1995/1996 : Ganesha Pratama Mudha Sang Parimita(Putra-putri SMA Negeri 3 Semarang yang menjadi pemimpin, bersemangat dan berjiwa muda, serta bijaksana)

1996/1997 : Ganesha Pratama Amudra Sang Purusottama (Putra-putri SMA Negeri 3 Semarang yang menjadi pemimpin, berjiwa besar, dan berjiwa utama)

1997/1998 : Ganesha Prasiddha Acchedya Sang Adwitiya (Putra-putri SMA Negeri 3 Semarang yang tidak terkalahkan, tidak akan terpecah belah, dan tiada duanya)

1998/1999 : Ganesha Paramasatya Atwayatmaka Sang Priyahita (Putra-putri SMA Negeri 3 Semarang selalu yang bersemangat dan setia, bersatu dengan Yang Esa, serta menjadi manusia yang baik dan berguna)

1999/2000 : Ganesha Parardhya Dharmmika Sang Aryaguna (Putra-putri SMA Negeri 3 Semarang yang paling unggul, cinta keadilan, tugas dan kebajikan)

2000/2001 : Ganesha Paramarthasajjana Nityasewaka Sang Adipurusa (Putra-putri SMA Negeri 3 Semarang yang benar-benar budiman, senantiasa berbakti, serta berjiwa besar)

2001/2002 : Ganesha Paramanandhana Acchedhyabedya Sang Wyawasa (Putra-putri SMA Negeri 3 Semarang yang tangguh, selalu bersatu dan tak akan terpecahkan serta senantiasa tabah dan tawakal)

2002/2003 : Ganesha Parasparopakara Sarwwatatwadhika Sang Dhairyya (Putra-putri SMA 3 Semarang yang saling tolong-menolong, unggul dalam setiap ilmu yang benar dan memiliki ketetapan hati)

2003/2004 : Ganesha Paramarthatatwa Awibhaga Sang Satyabhakti

2004/2005 : Ganesha Paramasatyawacana Mahatma Sang Athidira

2005/2006 : Ganesha Paramagarjjita Anantawikrama Sang Dharmaparayana

2006/2007 : Ganesha Paramarddhika Dharmasatya Sang Sarwabhaswara (putera-puteri SMAN 3 Semarang yang memiliki keunggulan, setia pada kewajiban, serta cemerlang dalam segala hal)

2007/2008 : Ganesha Paramarthasatya Sakalaguna Sang Adiwirabasha (siswa-siswi SMAN 3 Semarang yang memiliki kebenaran yang tertinggi, unggul dalam segala keterampilan, serta menjadi pahlawan yang besar dan hebat)

2008/2009 : Ganesha Paramadharmahayodha Purusadikara Sang Alangghya (siswa siswi SMAN 3 Semarang yang memiliki jasa tertinggi, menjadi pahlawan besar dan pemimpin sesama serta tak ada bandingnya)

2009/2010 : Ganesha Paramarthatattwa Arisatya Sang Majagralagawa (siswa-siswi SMAN 3 Semarang yang memiliki pengetahuan tentang kebenaran yang tinggi jujur dan adil, serta menyampaikan bakti)

2010/2011 : Ganesha Paramabodhimargga Wiraganayodha Sang Aryawirya (siswa-siswi SMAN 3 Semarang yang berjalan menuju hakekat tertinggi menjadi kumpulan pahlawan yang berani senantiasa rendah hati dan bijaksana)

Selama beberapa tahun SMA 3 mengirimkan salah seorang siswanya yang terpilih untuk mewakili propinsi Jawa Tengah sebagai PASKIBRAKA Nasional di Istana merdeka. Pada tahun 1980 yang terpilih adalah Wistiani (lulus 1981 satu angkatan dg Sri Mulyani) dan tahun 1981 adalah Bonita(lulus 1982). Tahun 2009 ini SMA 3 berhasil mengirimkan seorang PASKIBRAKA tingkat provinsi Jawa Tengah dan 2 tingkat kota

Acara Tahunan

  • Perayaan Hari Jadi SMA 3 Semarang setiap tanggal 1 November
  • Kemah bakti GPLB
  • Live In (kelas X)
  • Widya Wisata ke Bali (kelas XI)
  • Social Care (kelas XII)
  • Pentas Seni SMA 3 (PENSAGA)

Makanan Khas

SMA 3 mempunyai satu makanan khas yang disebut dengan badak sambel. Sebuah makanan yang terdiri dari bakwan goreng yang dipotong-potong kemudian disiram saus kacang seperti yang digunakan dalam pecel. Makanan unik ini menjadi kudapan setiap harinya bagi siswa SMA 3 yang terdapat di kantin sekolah. Makanan ini pula yang paling dicari oleh para alumni yang datang berkunjung ke sekolah atau dalam pesta-pesta reuni SMA 3 Semarang.


lambang sma 3 semarang

Pendirian 1 November 1877
Visi Menjadi Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional Terbaik di Indonesia dengan Mengutamakan Mutu dan Kepribadian yang berpijak pada Budaya Bangsa
Misi Mengembangkan Potensi Peserta Didik untuk Meraih Hidup Sukses, Produktif, dan Berahlak Mulia dengan Pembelajaran yang Interaktif, Inspiratif, Kreatif Inovatif dan Menyenangkan
Nilai Inti
  1. Religius
  2. Jujur dan Integritas
  3. Fokus kepada Pelanggan
  4. Kompeten, Ramah, Menyenangkan
  5. Kreatif dan Inovatif
  6. Pembelajaran Berkesinambungan
Tipe Sekolah Negeri, Campuran,
US Grade Equivalent Grade 10-12
Kepala Sekolah Bapak Drs. Hari Waluyo
Lokasi Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Jumlah Siswa 520 orang/tahun
Jumlah Kelas
  • 14 Kelas X (12 kelas Reguler, 1 kelas Olimpiade, 1 kelas Akselerasi)
  • 14 Kelas XI (11 kelas Ilmu Alam [termasuk kelas Olimpiade], 2 kelas Ilmu Sosial, 1 kelas Akselerasi)
  • 14 Kelas XII (12 kelas Ilmu Alam, 3 kelas Ilmu Sosial)
Ukuran kelas 40 siswa
Sertifikasi ISO 9001:2000 [1]
Homepage www.sman3-smg.sch.id

Senin, 22 Maret 2010

Semarang

Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Semarang merupakan kota yang dipimpin oleh walikota H.Sukawi Sutarip, SH, SE. Kota ini terletak sekitar 466 km sebelah timur Jakarta, atau 312 km sebelah barat Surabaya. Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat.

Sejarah

Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu).

Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan, untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu muncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.

Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H disahkan oleh Sultan Hadiwijayasetelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705 Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah Pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Walikota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukan Jepang.

Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang di kepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal dengan nama Pertempuran lima hari di Semarang.

Tahun 1946 lnggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda.Ini terjadi pada tangga l6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, walikota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Narnun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian diluar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah, R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti dimasa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono, seorang pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan. Sejak tahun 1945 para walikota yang memimpin kota besar Semarang yang kemudian menjadi Kota Praja dan akhirnya menjadi Kota Semarang adalah sebagai berikut:

  • Mr. Moch.lchsan
  • Mr. Koesoebiyono (1949 - 1 Juli 1951)
  • RM. Hadisoebeno Sosrowardoyo ( 1 Juli 1951 - 1 Januari 1958)
  • Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat ( 7Januari 1958 - 1 Januari 1960)
  • RM Soebagyono Tjondrokoesoemo ( 1 Januari 1961 - 26 April 1964)
  • Mr. Wuryanto ( 25 April 1964 - 1 September 1966)
  • Letkol. Soeparno ( 1 September 1966 - 6 Maret 1967)
  • Letkol. R.Warsito Soegiarto ( 6 Maret 1967 - 2 Januari 1973)
  • Kolonel Hadijanto ( 2Januari 1973 - 15 Januari 1980)
  • Kol. H. Imam Soeparto Tjakrajoeda SH ( 15 Januari 1980 - 19 Januari 1990)
  • Kolonel H.Soetrisno Suharto ( 19Januari 1990 - 19 Januari 2000)
  • H. Sukawi Sutarip SH. ( 19 Januari 2000 - sekarang )

Penguasa Semarang: Dibawah Pajang dan Mataram

  • Pangeran Kanoman atau Pandan Arang III (1553-1586)
  • Mas R.Tumenggung Tambi (1657-1659)
  • Mas Tumenggung Wongsorejo (1659 - 1666)
  • Mas Tumenggung Prawiroprojo (1666-1670)
  • Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674)
  • Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701)

Dibawah VOC:

  • Raden Martoyudo atau Raden Sumimngrat (1743-1751)
  • Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau Surohadmienggolo (1751-1773)
  • Surohadimenggolo IV (1773-?)
  • Adipati Surohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?)

Pemerintahan Hindia Belanda:

  • Raden Tumenggung Surohadiningrat (?-1841)
  • Putro Surohadimenggolo (1841-1855)
  • Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860)
  • RTP Suryokusurno (1860-1887)
  • RTP Reksodirjo (1887-1891)
  • RMTA Purbaningrat (1891-?)

Pemerintahan dibagi 2 : Kota Praja dan Kabupaten. Penguasa pribumi kemudian menjadi Bupati Semarang:

  • Raden Cokrodipuro (?-1927)
  • RM Soebiyono (1897-1927)
  • RM Amin Suyitno (1927-1942)
  • RMAA Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945)

Pemerintahan Republik Indonesia:

  • R. Soediyono Taruna Kusumo (1945-1945), hanya berlangsung satu bulan
  • M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun 1946)

Pemerintahan RIS:

  • RM.Condronegoro hingga tahun 1949

Setelah Pengakuan Kedaulatan:

  • M. Sumardjito (1946-1952)
  • R. Oetoyo Koesoemo (1952-1956).

Utuk Bupati selanjutnya buka halaman Kabupaten Semarang

Kotamadya Semarang secara definitif ditetapkan berdasarkan UU Nomor 13 tahun 1950 tentang pembentukan kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah.

Java Mall di Kota Semarang pada tahun 2008.

Geografi

Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan, banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan sebutan kota atas, di antaranya meliputi Kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati, dan Banyumanik.

Pembagian administratif

Kota Semarang terdiri atas 16 kecamatan, yang terbagi lagi dalam sejumlah kelurahan dan desa.


  1. Semarang Tengah
  2. Semarang Utara
  3. Semarang Timur
  4. Gayamsari
  5. Genuk
  6. Pedurungan
  7. Semarang Selatan
  8. Candisari
  9. Gajahmungkur
  10. Tembalang
  11. Banyumanik
  12. Gunungpati
  13. Semarang Barat
  14. Ngaliyan
  15. Mijen
  16. Tugu

Olahraga

PSIS merupakan satu-satunya klub sepak bola profesional di Kota Semarang. Pada musim 1999, PSIS berhasil menjadi juara Liga Indonesia, namun pada musim kompetisi 2000 terdegradasi ke Divisi I. Pada musim 2006 bermain di Divisi Utama Liga Djarum Wilayah 1 dan meraih juara kedua setelah dalam final kalah 0-1 oleh Persik Kediri Pada tahun ini PSIS kembali berlaga di Indonesia Super League tanpa dana bantuan APBD sama sekali.

Transportasi

Kota Semarang dapat ditempuh dengan perjalanan darat, laut, dan udara. Semarang dilalui jalur pantura yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di pantai utara Pulau Jawa. Saat ini telah dibangun jalan tol yang menghubungkan Semarang dengan Solo, kota terbesar kedua di Jawa Tengah. Angkutan bus antarkota dipusatkan di Terminal Terboyo. Angkutan dalam kota dilayani oleh bus kota, angkot, dan becak. Pada tahun 2009 mulai beroperasi Bus Rapid Transit (BRT),sebuah moda angkutan massal meskipun tidak menggunakan jalur khusus seperti busway di Jakarta.

Semarang memiliki peranan penting dalam sejarah kereta api Indonesia. Di sinilah tonggak pertama pembangunan kereta api Hindia Belanda dimulai, dengan pembangunan jalan kereta api yang dimulai dari desa Kemijen menuju desa Tanggung sepanjang 26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Pencangkulan pertama dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr LAJ Baron Sloet van den Beele, Jumat 17 Juni 1864. Jalan kereta api ini mulai dioperasikan untuk umum Sabtu, 10 Agustus 1867.


Pembangunan jalan KA ini diprakarsai sebuah per-usahaan swasta Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV NISM) yang dipimpin oleh Ir JP de Bordes. Kemudian, setelah ruas rel Kemijen - Tanggung, dilanjutkan pembangunan rel yang dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), pada 10 Februari 1870. Semarang memiliki dua stasiun kereta api: Stasiun Semarang Tawang untuk kereta api kelas bisnis dan eksekutif, serta Stasiun Semarang Poncol untuk kereta api kelas ekonomi dan angkutan barang. Kereta api di antaranya jurusan Semarang-Jakarta, Semarang-Bandung, Semarang-Surabaya, Jakarta-Semarang-Jombang, Jakarta-Semarang-Malang.

Angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan Semarang dengan sejumlah kota-kota besar Indonesia setiap harinya. Pelabuhan Tanjung Mas menghubungkan Semarang dengan sejumlah kota-kota pelabuhan Indonesia; pelabuhan ini juga terdapat terminal peti kemas.

Pendidikan

Semarang terdapat sejumlah perguruan tinggi ternama baik negeri maupun swasta.

Perguruan Tinggi tersebut adalah

  • P3B/BPLP/PIP [Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang]

Perguruan tinggi swasta antara lain

Selain itu di Semarang juga terdapat beberapa Sekolah Menengah Atas baik swasta maupun negeri terkemuka,antara lain:

Media

Surat kabar yang terbit di Semarang antara lain: Radar Semarang dan Meteor (Grup Jawa Pos), Suara Merdeka, Wawasan (Suara Merdeka Grup). Televisi lokal di Semarang adalah Semarang TV, TV Borobudur, Pro TV, dan TVKU. Radio di kota Semarang banyak diantaranya adalah Gajah Mada, Pop FM, CFM, 90.2 Trax FM, RCT, IBC, Smart FM, Tri Jaya FM, PAS FM, Radio Idola.

Pariwisata

Obyek Wisata Lawang Sewu
  • Semarang memiliki seni budaya warak ngendhog dan dhugdheran yang diadakan menjelang datangnya bulan ramadhan.
  • Semarang memiliki brand wisata Semarang pesona Asia yang dimulai pada pertengahan 2007
  • Semarang memiliki kota tua Little Netherland yang mencakup kawasan Polder, Stasiun Semarang Tawang, Jembatan berok dan Lawang Sewu
  • Komunitas Tionghoa di Semarang, melalui perkumpulan Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata), mengadakan Waroeng Semawis, yakni arena wisata kuliner yang menjual berbagai makanan & oleh-oleh khas Semarang, di daerah pecinan Semarang (daerah Gang Pinggir) setiap akhir minggu (Jumat - Minggu) dan hari libur nasional. Kopi Semawis juga rutin menggelar Pasar Imlek Semawis selama beberapa hari setiap menjelang perayaan Tahun Baru Imlek di Pecinan Semarang.
  • Shopping center di Semarang antara lain:
    • Ciputra Mall di kawasan Simpang Lima
    • Simpang Lima Plaza di kawasan Simpang Lima
    • Java Mall di kawasan Jangli, MT Haryono dengan Hypermart dan Matahari sebagai anchor tenant
    • Sri Ratu Dept Store di Jalan Pemuda dan kawasan Peterongan MT Haryono
    • Ramayana Dept Store di kawasan Simpang Lima (tutup Januari 2010)
    • Ada Dept Store Siliwangi, Majapahit, Setiabudi dan Fatmawati
    • DP Mall dengan Carrefour-nya yang terletak di Jalan Pemuda.
    • Paragon City dengan hotel di atasnya, berbentuk kapal, dan mal terbesar di Semarang yang terletak di Jalan Pemuda. (perkiraan dibuka Mei 2010)
  • Hotel berbintang yang terkenal di Semarang adalah Grand Candi, Ciputra, Horizon, Santika Premiere (dahulu Graha Santika), Patra Jasa, Novotel, Gumaya, Ibis, Grasia, Santika.

Lain-lain

Jakarta

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa/Kalapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia (1619-1942), dan Djakarta (1942-1972).

Pada tahun 2004, luasnya sekitar 740 km²; dan penduduknya berjumlah 8.792.000 jiwa[4]. Jakarta bersama metropolitan Jabotabek dengan penduduk sekitar 23 juta jiwa merupakan wilayah metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia. Kini wilayah Jabotabek telah terintegrasi dengan wilayah Bandung Raya, di mana megapolis Jabotabek-Bandung Raya mencakup sekitar 30 juta jiwa, yang menempatkan wilayah megapolis ini di urutan kedua dunia, setelah megapolis Tokyo.

Saat ini pintu masuk internasional Jakarta dapat melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Sejak tahun 2004 di bawah kepemimpinan gubernur Sutiyoso, Jakarta memiliki moda transportasi terpadu, yang dikenal dengan Transjakarta. Selain istana negara, Jakarta juga merupakan kantor pusat Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia.

Geografi

Jakarta berlokasi di halaman utara pulau Jawa, di muara sungai Ciliwung, Teluk Jakarta. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter d.p.l. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Selatan Jakarta merupakan dataran tinggi yang dikenal dengan daerah Puncak. Jakarta dialiri oleh 13 sungai yang kesemuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ciliwung, yang membelah kota menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta berbatasan dengan provinsi Jawa Barat dan disebelah barat berbatasan dengan provinsi Banten.

Kepulauan Seribu, sebuah kabupaten administratif, terletak di Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota.

Iklim

Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter (14 inchi) dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat ekstrim, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter (2,4 inchi). Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C .[5]. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).[6]

Patung Pembebasan Irian Barat, salah satu dari sekian banyak monumen era Sukarno yang berdiri di Jakarta

Taman

Taman Suropati terletak di distrik Menteng, Jakarta Selatan. Taman ini dikelilingi oleh beberapa bangunan Belanda kuno. Taman ini berbentuk lingkaran dengan luas 16,322 m2. Di taman tersebut terdapat beberapa patung modern karya artis-artis ASEAN, yang memberikan sebutan lain bagi taman tersebut, yaitu "Taman persahabatan seniman ASEAN".[7]

Taman Lapangan Banteng merupakan sebuah taman lain yang terletak di Jakarta Pusat. Luasnya sekitar 4,5 ha. Monumen yang paling terkenal di taman ini adalah Monumen Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini digunakan sebagai terminal bus. Pada tahun 1993, taman ini kembali diubah menjadi ruang publik dan menjadi tempat rekreasi bagi penduduk Jakarta dan juga terkadang sebagai tempat pertunjukan seni atau pertunjukan lain.[8]

Taman Monas atau Taman Medan Merdeka merupakan taman terluas yang terletak di tengah-tengah Jakarta. Di tengah taman berdiri Monumen Nasional yang dibangun pada tahun 1963. Taman terbuka yang luas ini dibuat oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1870) dan selesai pada tahun 1910 dengan nama Koningsplein. Di taman ini terdapat sebuah taman kijang dan 33 pohon yang melambangkan 33 provinsi di Indonesia.[9]

Wisma 46, gedung perkantoran tertinggi di Indonesia, terletak di tengah-tengah pencakar langit Jakarta

Etimologi

Nama Jakarta dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta. Nama ini diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah merebut pelabuhan Sunda Kelapa dari Kerajaan Sunda pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai kota kemenangan atau kota kejayaan, namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha" dari bahasa Sansekerta jayakṛta (Dewanagari जयकृत). Nama lain atau sinonim "Jayakarta" pada awal adalah "Surakarta".[10]

Nama lain Jakarta Batavia (nama kolonial Belanda), Betawi (ejaan lain Melayu, Indonesia), Sunda Kelapa (nama asli), Cakarta (Turki), Djakarta (ejaan lama Indonesia, Perancis, Jerman, Romania), Dzhakarta - Джакарта (Rusia), Džakarta (Serbia, Kroasia), Dżakarta (Polandia), Dzsakarta (Hungaria), Giacarta (Italia), Iacárta (Irlandia), Jacarta (Portugis), Jakaruta - ジャカルタ (Jepang), Jagatara - ジャガタラ (Jepang [arkais]), Τζακάρτα (Yunani), ჯაკარტა (Georgia), Yakarta (Spanyol), Yǎ Jìa Dá (baca: Yǎcìatá) - 雅加达 (Tionghoa),Xhakartë (Albania),Iacárta (Irlandia)

Sejarah


Peta Batavia (sekarang Jakarta) tahun 1888

Sunda Kelapa (397–1527)

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kelapa, berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibukota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti ibu kota) dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibukota Tarumanagara yang disebut Sundapura.

Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.

Jayakarta (1527–1619)

Orang Eropa pertama yang datang ke Jakarta adalah orang Portugis. Pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah di mana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda disana termasuk sahbandar pelabuhan. Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni adalah berdasarkan tragedi penaklukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527 dan mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kota kemenangan".

Batavia (1619–1942)

Orang Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun 1596. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menaklukan Jayakarta dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. (Lihat Batavia). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari Bali, Sulawesi, Maluku, Republik Rakyat Cina, dan pesisir Malabar, India. Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama suku Betawi. Walaupun sebelum mereka datang sudah ada penduduk yang tinggal di wilayah Jayakarta dan pada umumnya menyingkir dari batas wilayah kekuasaan Belanda, merekalah penduduk asli Jakarta yang sering disebut suku Betawi. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing karena taktik Belanda "Divide Et Impera". Maka di Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan (Glodok), Kampung Ambon, Bali Mester, Manggarai (suku di NTT), dll.

Pada tanggal 9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari keluar kota dan melakukan perlawanan terhadap Belanda. Dengan selesainya Koningsplein (Gambir) pada tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tahun 1910, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda menggantikan Molenvliet di utara. Di awal abad ke-20, Batavia di utara, Koningspein, dan Mester Cornelis (Jatinegara) telah terintegrasi menjadi sebuah kota.

Djakarta (1942–1972)

Penjajahan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi Jakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.

Semenjak dinyatakan sebagai ibukota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari dua. Berbagai kantung pemukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Rawamangun, dan Pejompongan. Pusat-pusat pemukiman juga banyak dilakukan secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik negara lainnya, seperti Perum Perumnas.

Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan proyek besar, antara lain Gelora Bung Karno, Mesjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat pemukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.

Banjir merupakan masalah berkepanjangan yang terus melanda Jakarta.

Laju perkembangan penduduk ini pernah dicoba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih harus bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.

Pada Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang memakan korban banyak etnis Tionghoa. Gedung MPR/DPR diduduki oleh para mahasiswa yang menginginkan reformasi. Buntut kerusuhan ini adalah turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. (Lihat Kerusuhan Mei 1998).

Bahasa

Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional. Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan terakhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[11] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.

Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti Jawa, Sunda, Minang, Batak, Madura, Bugis, dan juga Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar berbagai suku bangsa, digunakan Bahasa Indonesia.

Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang terkadang dicampur dengan bahasa asing. Beberapa contoh penggunaan bahasa ini adalah Please dong ah!, Cape deh!, dan So what gitu loh!.

Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan, terutama untuk kepentingan diplomatik, pendidikan, dan bisnis. Bahasa Mandarin juga menjadi bahasa asing yang banyak digunakan, terutama di kalangan pebisnis Tionghoa.

Budaya

Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari seluruh Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugal.

Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.

Musik

Musik tradisional maupun modern di Jakarta menggambarkan perpaduan antarbudaya dan etnis. Pengaruh dari luar Indonesia berasal dari Belanda, Republik Rakyat Cina, Portugis, Arab dan India.

Untuk musik tradisional di Jakarta, seperti tanjidor dan gambang kromong, terdapat pengaruh baik etnis Sunda seperti penggunaan rebab dan terompet tradisional. Ada pula pengaruh asing seperti halnya Trombone dan Gitar dari Eropa dan beberapa irama musik tradisional Tionghoa.

Tari

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tionghoa seperti tariannya yang memiliki corak tari Jaipong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.

Cerita rakyat

Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial.

Senjata tradisional

Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan terbuat dari kayu.

Lain-lain

Selain budaya musik, tari-tarian dan cerita rakyat, masyarakat Betawi juga mengenal seni lenong, topeng betawi dan kesenian Si Janthuk yang kini sudah dianggap langka.

Transportasi

Dalam kota

Jalur Bus Transjakarta (Busway)

Di DKI Jakarta, tersedia jaringan jalan raya dan jalan tol yang melayani seluruh kota, namun perkembangan jumlah mobil dengan jumlah jalan sangatlah timpang (5-10% dengan 4-5%).

Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan 100 titik simpang rawan macet di Jakarta. Definisi rawan macet adalah arus tidak stabil, kecepatan rendah serta antrean panjang. Selain oleh warga Jakarta, kemacetan juga diperparah oleh para pelaju dari kota-kota di sekitar Jakarta seperti Depok, Bekasi, Tangerang, dan Bogor yang bekerja di Jakarta. Untuk di dalam kota, kemacetan dapat dilihat di Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, Jalan Rasuna Said, dan Jalan Gatot Subroto terutama pada jam-jam pulang kantor.

Transjakarta

Pemerintah Daerah DKI Jakarta telah menghadirkan layanan transportasi umum yang dikenal sebagai TransJakarta menggunakan bus dan halte yang berada di jalur khusus. Koridor Busway yang ada di Jakarta adalah sebagai berikut.

Untuk mendukung laju mobilitas penduduk, Jakarta membangun sejumlah jalan tol yaitu Tol Dalam Kota, Tol Lingkar Luar, Tol Bandara, serta ruas tol Jakarta-Cikampek, Jakarta-Bogor-Ciawi, dan Jakarta-Merak, yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya. Selain itu, juga sedang dibangun ruas tol dalam kota yang menghubungkan Bekasi Utara-Cawang-Kampung Melayu. Pemerintah juga berencana membangun Tol Lingkar Luar tahap kedua yang melingkar dari Bandara Soekarno Hatta-Tangerang-Serpong-Cinere-Cimanggis-Cibitung-Tanjung Priok.

Pemda juga sedang membangun dua jalur monorel yairu Green Line dan Blue Line, namun pembangunan monorel ini tidak berjalan lancar dan sering terhenti akibat berbagai masalah yang masih dihadapi konsorsium pembangunnya, PT Jakarta Monorail. Proyek ini diberi nama Monorel Jakarta. Pemerintah Daerah DKI Jakarta juga tengah mempersiapkan pembangunan kereta bawah tanah (subway) yang dananya diperoleh dari pinjaman lunak negara Jepang. Pembangunan sarana transportasi bawah tanah ini akan dilaksanakan mulai tahun 2008. Untuk lintasan kereta api, pemerintah sedang menyiapkan double-double track pada jalur lintasan kereta api Manggarai-Cikarang. Selain itu juga, saat ini sedang direncanakan untuk membangun jalur kereta api dari Manggarai menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng.

Peta transportasi kota Jakarta

Luar kota

Untuk ke kota-kota di Pulau Jawa, bisa dicapai dari Jakarta dengan jaringan jalan dan beberapa ruas jalan tol. Jalan tol terbaru adalah Jalan Tol Cipularang yang mempersingkat waktu tempuh Jakarta-Bandung menjadi sekitar 1,5 jam. Selain itu juga tersedia layanan kereta api yang berangkat dari enam stasiun pemberangkatan di Jakarta. Untuk ke pulau Sumatera, tersedia ruas jalan tol Jakarta-Merak yang kemudian dilanjutkan dengan layanan penyeberangan dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni. Untuk ke luar pulau dan luar negeri, Jakarta memiliki satu pelabuhan laut di Tanjung Priok dan dua bandar udara. Bandara yang terdapat di Jakarta adalah:


Pendidikan

Pendidikan di DKI Jakarta tersedia dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-AC sampai yang gedungnya sudah akan rubuh khususnya di tingkat SD dan SMP.

Belakangan ini mulai muncul berbagai sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan metode pengajaran yang berbeda.

DKI Jakarta juga menjadi lokasi berbagai universitas terkemuka seperti:

Kondisi dan sumber daya alam

Pada tahun 2004, untuk kesekian kalinya, Kota Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan meraih penghargaan Bangun Praja kategori "Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia" (dulu disebut "Adipura"). Salah satu faktor penentu keberhasilan kedua kota tersebut adalah keberadaan kawasan Menteng (Jakpus) dan Kebayoran Baru (Jaksel) yang asri dan bersih.

Dahulu kota Jakarta adalah kota yang asri karena banyak ditumbuhi berbagai pepohonan. Sejumlah nama kawasan di DKI Jakarta menunjukkan bahwa di daerah tersebut dulunya banyak pepohonan atau tumbuhan dengan nama bersangkutan, antara lain:

Namun demikian, penebangan pohon kota memusnahkan pohon sebagai identitas karakter lanskap kawasan yang memakai nama-nama pohon tersebut.

Pariwisata

Marka tanah, museum, dan tempat pariwisata yang terkenal di Jakarta antara lain: Puncak, Taman Mini Indonesia Indah, Pulau Seribu, Kebun Binatang Ragunan, Monumen Nasional, Museum Gajah, Museum Fatahillah, Kota Tua Jakarta, Taman Wisata Mekarsari, Taman Impian Jaya Ancol di Teluk Jakarta, termasuk taman bermain Dunia Fantasi, Sea World, Atlantis Water Adventure, dan Gelanggang Samudra.

Pusat perbelanjaan

Salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta

Sejak awal tahun 1990, Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun pusat-pusat perbelanjaan modern, atau biasa yang dikenal dengan mal dan plaza. Saat ini Jakarta merupakan salah satu kota di Asia yang banyak memiliki pusat perbelanjaan. Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta memiliki luas yang cukup besar (lebih dari 100.000 m2), diantaranya ialah Grand Indonesia, Mal Taman Anggrek, Plaza Senayan, Plaza Indonesia, Mal Kelapa Gading, Plaza Semanggi, Mal Artha Gading, dan Pacific Place. Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir berbagai waralaba internasional seperti Starbucks, Sogo Department Store, jaringan restoran siap saji McDonalds. Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti Es Teler 77, J.Co, dan Bakmie Gajah Mada. Disamping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga memiliki banyak pasar-pasar tradisional dan pusat perdagangan grosir, antara lain ITC Mangga Dua, ITC Cempaka Mas, dan Pasar Tanah Abang yang menjadi pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, terdapat pula hypermarket yang menjadi tren belanja kalangan menengah di Jakarta, antara lain Carrefour, Hypermart, Giant, Ranch Market, dan Makro. Untuk lingkup lingkungan, juga tersedia pusat belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau seperti Indomaret dan Alfamart.

Wisata Belanja

Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, pemerintah mengadakan program "Enjoy Jakarta". Program ini salah satunya diadakan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang unggul, pemerintah saat ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja. Di poros ini, selain sudah ada pusat perbelanjaan Mal Ambassador dan ITC Kuningan, nantinya juga hadir pusat perbelanjaan Ciputra World, Kuningan City, dan Kota Casablanca.

Olah raga

Sejak masa Presiden Soekarno hingga saat ini, Jakarta sering menjadi tempat penyelenggaraan event-event olah raga berskala internasional, di antaranya pernah menjadi tuan rumah Asian Games di tahun 1962, Piala Asia di tahun 2007 dan beberapa kali menjadi tuan rumah Pesta Olah Raga bangsa-bangsa Asia Tenggara atau yang lebih dikenal dengan Sea Games. Mayoritas masyarakat Jakarta gemar berolah raga. Sepak bola merupakan cabang permainan yang banyak diminati masyarakat, di samping bulu tangkis, bola voli, dan bola basket. Jakarta memiliki beberapa klub sepak bola profesional. Diantaranya Persija Jakarta Pusat dan Persitara Jakarta Utara, yang saat ini ikut berlaga di kompetisi Liga Super Indonesia.

Tempat-tempat olah raga di Jakarta antara lain: Gelora Bung Karno Senayan di Jakarta Pusat; Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan, Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan di Jakarta Selatan; Stadion Tugu, Stadion Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf Ancol, dan Sports Mall Kelapa Gading di Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI Radin Inten di Jakarta Timur

Media

Surat kabar

Beberapa surat kabar yang terbit di Jakarta antara lain: Kompas, Suara Pembaruan, Indo Pos, Koran Jakarta, The Jakarta Post, Bisnis Indonesia, Investor Daily, Seputar Indonesia, Republika, Media Indonesia, Koran Tempo, Pos Kota, Warta Kota.

Televisi

TVRI adalah stasiun televisi milik pemerintah yang berpusat di Jakarta. Selain TVRI beberapa stasiun televisi swasta lainnya juga berpusat di Jakarta: RCTI, SCTV, TPI, ANTV, Indosiar, Metro TV, Trans TV, Trans 7, tvOne, Global TV.

Stasiun televisi lokal yang hanya mengudara di Jakarta antara lain: Jak-TV, O Channel, Spacetoon, Elshinta TV, Da Ai TV.

Radio

Jakarta memiliki puluhan stasiun radio yaitu, beberapa di antaranya: RRI , Bens Radio 106.20 FM, Elshinta 90.00 FM, Radio Sonora 92.00 FM, PAS FM 92.40 FM , Prambors 102.60 FM, Trijaya 104.60 FM, Trax 101.40 FM, Women Radio 94.30 FM, U FM 94.7 FM, I-Radio 89.6 FM, 95.1 KISFM, Mustang 88 FM, Ramako 105.8, Radio A 96.7 FM, Delta 99.1 FM, Female Radio 97.9 FM, Hard Rock 87.6 FM, Cosmopolitan 90.4 FM, ARH Global 88.4 FM, Gen FM 98.7 FM, Motion Radio 97.5 FM , R.D TPI 97.1 FM, M Radio 106.6 FM

Banjir

Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir, penyimpangan peruntukan lahan kota, dan penurunan tanah akibat eksploitasi air oleh industri menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran air sistim sungai di Jakarta sehingga kini Jakarta kerap dilanda banjir besar.

Untuk memperbaiki keadaan, Jakarta membangun dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan air dari Ciliwung ke arah timur, melalui daerah Pondok Bambu, Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat yang telah dibangun sejak zaman kolonial Belanda, mengaliri air melalui Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga memiliki dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.

Makanan

Jakarta merupakan kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak didiami oleh para ekspatriat asing, seperti di daerah Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan daerah pusat bisnis Jakarta, tidak sulit untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea. Makanan-makanan ini biasanya dijual dalam restoran-restoran mewah. Di Jakarta, dan sepeti kota-kota besar lainnya di Indonesia, Rumah Makan Padang yang paling banyak dijumpai, hampir di seluruh tempat di Jakarta, kita dengan mudah akan menemukan rumah makan yang manyajikan masakan asal Minang ini. Jakarta juga memiliki makanan khasnya, yang paling terkenal adalah Kerak Telor dan Soto Betawi.